
NONTONNEWS.COM - OpenAI, perusahaan di balik teknologi kecerdasan buatan ChatGPT, dilaporkan berencana mengenakan biaya berlangganan sebesar 22 dolar AS (sekitar Rp333 ribu) per bulan untuk pengguna ChatGPT pada akhir tahun 2024. Kabar ini datang dari dokumen internal yang didapatkan oleh The New York Times (NYT). Selain itu, OpenAI juga memiliki rencana untuk menaikkan biaya berlangganan secara bertahap selama lima tahun ke depan hingga mencapai 44 dolar AS (sekitar Rp665 ribu) per bulan.
Dalam dokumen yang sama, terungkap bahwa OpenAI telah meraup pendapatan sebesar 300 juta dolar AS (sekitar Rp4,5 triliun) pada bulan Agustus 2024. Meski demikian, perusahaan ini diperkirakan akan mengalami kerugian hingga 5 miliar dolar AS (sekitar Rp76 triliun) pada tahun ini, akibat berbagai pengeluaran seperti gaji karyawan, biaya sewa, serta biaya operasional lainnya.
Upaya Mencari Investor Baru
Seiring dengan kerugian besar yang diproyeksikan, OpenAI dikabarkan tengah berusaha mencari investor baru untuk menutup kekurangan keuangan mereka. Langkah ini bertujuan untuk mencegah atau setidaknya mengurangi dampak dari kerugian tersebut. Untungnya, OpenAI memiliki valuasi yang sangat tinggi, mencapai 150 miliar dolar AS (sekitar Rp2,3 kuadriliun). Dalam putaran investasi baru, perusahaan ini berpotensi mengumpulkan dana tambahan hingga 7 miliar dolar AS (sekitar Rp106 triliun).
Perubahan Model Bisnis OpenAI
Lebih lanjut, OpenAI dikabarkan sedang beralih dari model perusahaan nirlaba menjadi perusahaan yang mencari laba. Perubahan ini akan menghapus batasan keuntungan bagi investor, sehingga memberikan lebih banyak ruang negosiasi untuk menarik pendanaan baru. Langkah ini dipandang sebagai cara untuk memperkuat posisi OpenAI dalam menghadapi tantangan keuangan di masa mendatang, sambil tetap mempertahankan inovasi di bidang kecerdasan buatan.
Dengan pendapatan yang terus meningkat, biaya berlangganan yang direncanakan, serta upaya untuk menarik investor baru, OpenAI berharap dapat mencapai target penjualan sebesar 3,7 miliar dolar AS (sekitar Rp56 triliun) pada akhir tahun 2024.